---
title: Chapter 1. FHIR Introduction
code: fhir-tutorial fhir-tutorial-en1
tags: fhir-project-ig
---
# Chapter 1. <font color="red">FHIR</font> Introduction
## Table of Contents
[TOC]
## 1.1 What is FHIR 🔥?
FHIR (pronounced “fire”) stands for Fast Healthcare Interoperability Resources, it is an ==international standard describing data formats and an application programming interface (API) for exchanging electronic health records (EHR)==. It's also a framework standard that defines a common way to solve healthcare (non-healthcare too) problems and provides a set of resources that can be used in many ways.
## 1.2 Who developed FHIR?
FHIR was developed by ==Health Level Seven International (HL7)==, a not-for-profit organization accredited by the American National Standards Institute that develops and provides frameworks and standards for the sharing, integration and retrieval of clinical health data and other electronic health information

In addition to FHIR, HL7 also developed other standards, one of them is the HL7 V2 which currently became one of the most widely implemented healthcare standards across the globe for exchanging data between medical devices and systems in hospitals. For example, when patient's blood sample is inserted into the blood machine in laboratory, after the processing is complete, the data output produced from the machine is stored in HL7 V2 format. The output in HL7 V2 format will be converted into each hospital system data format and store into its database.
## 1.3 Why FHIR is So Powerful Than HL7 V2, V3, and CDA?
FHIR builds on previous standards, including HL7 V2, HL7 V3, and CDA (Clinical Document Architecture—part of HL7 V3). But unlike those other standards, here are 3 highlights of FHIR:
1. Flexible
Have a flexible format data compared to database fixed format data.
</br>

2. Easy Development
FHIR adopt open web technologies including:

3. Interoperability
FHIR offers multiple options for exchanging data among systems. For example, it supports messaging (similar to HL7 V2), documents (like CDA), it can improve interoperability and integration of patient's data between different hospital. Meanwhile the REST API approach also offers the potential for greater interoperability among a wide array of systems and devices—including not only electronic health record (EHR) systems but also mobile apps, mobile devices, medical devices, and wearables.

<!--
## 1.4 Why Do We Need FHIR?
Before we start into the main reason why we need FHIR, it's better for us to have some understanding about "data format"
### What is data format?
The "data format" term may be a bit unfamilliar for some of us. The standard referred to here is the standard data format.
<!--Target audience:
FHIR community
Health IT community
Payers
Providers (healthcare providers or health services providers)
Health IT vendors · Health IT solutions developers and implementers
Standards organizations
Associations
Academia
Researchers
Anyone with an interest in FHIR adoption
Kita coba bayangin, Pak Budi berasal dari **Aceh** pernah berobat ke **Rumah Sakit Rencong** di Aceh dan ketika Pak Budi liburan ke **Papua** tiba-tiba penyakitnya kambuh lagi, sehingga Pak Budi harus konsultasi ke rumah sakit yang berada di Papua. Nah, ketika masuk ruang konsultasi, dokter di **Rumah Sakit Sajojo** langsung tau riwayat penyakitnya Pak Budi, obat apa yang pernah dikonsumsi Pak Budi, padahal dokter yang dilihat **Pak Budi** adalah **Dr. Gunadi** dan bukan **Dr. Romy Rafael** :(
Nah trik apa sih yang dipakai oleh rumah sakit tersebut? Jawabannya adalah trik **api**, atau dikenal dengan **fire**, eh sorry typo maksudnya **FHIR** (tapi suer dibacanya beneran "fire").
Pengen tau FHIR itu apa? Markimu *mari kita mulai heheh
Digitalisasi data rekam medis
Seperti yang kita ketahui permasalahan tentang data itu banyak sekali, mulai dari;
1. Akses data kesehatan: Data kesehatan sulit di (Permasalahan terhadap akses untuk data medis baik bagi tenaga kesehatan maupun pasien.)
2. Konsistensi data: Data antar 1 aplikasi dengan aplikasi lain tidak sama, baik itu struktur maupun templatenya.
3. Standarisasi data: Tidak adanya standar yang dapat dijadikan panduan oleh masing-masing fasyankes sehingga menyebabkan kesulitan dalam interoperabilitas.
4. Pencatatan data: Kurang efisien, terlalu banyak duplikasi data (misalnya nama, tanggal lahir, dll) dan penginputan data yang berulang-ulang terhadap 1 pasien.
Situasi di rumah sakit saat ini:
- 22% RS belum punya sistem
Manfaat IHS:
Pasien akan memiliki data rekam medis elektronik yang bisa dipegang secara personal oleh satu individual, yang tidak terputus dimulai dari anak masih dalam kandungan hingga memasuki usia lansia.
- Pernah di vaksinasi, diimunisasi, dirawat, punya kelainan apa aja bisa di detect di aplikasi satu sehat
- Pendistribusiaan obat bisa lebih merata
Secara keseluruhan, dari Sabang sampai Merauke, semua masyarakat bisa menggunakan aplikasi "Satu Sehat", siapapun warganya dan dimanapun keberadaanya bisa mendapat pelayanan kesehatan yang sama. Diharapkan agar semua data-data bisa terkumpul dalam wadah yang sama baik itu data kesehatan anak masih dalam kandungan hingga memasuki usia lansia. Dan dihara
Kekurangan SDM
- Perkembangan IT di rumah sakit berbeda-beda. In iakibat dari regulasi yang terlambat, sehingga temen2 berusaha membuat IT untuk kepentingan mereka sendiri-sendiri dengan bentuk yang berbeda-beda. Sehingga ketika perlu disatukan, kesulitannya adalah perbedaan-perbedaan tersebut. Tapi contoh hal nyata yang sudah terjadi sekarang, dengan adanya BPJS yang mengharuskan semua RS untuk menggunakan sistem BPJS, maka setiap RS yang bekerja sama dengan BPJS mau tidak mau harus menggunakan sistem tsb.
- Pekerjaan IT di rumah sakit tidak sama seperti kerjaan IT di tempat2 lain, salah satu faktornya adalah pelayanan di RS yg lebih kompleks. Tenaga yang kerja di RS juga bevariasi, perbedaan pendidikannya juga berbeda antara satu dengan yang lainnya, misalnya di rumah sakit ada dokter umum sampai professor, satpam, cleaning service. Bukan berarti dokter professor disuruh melek kerjaan IT, dan sebaliknya Sehingga perlu untuk memberikan pendalaman terhadap mereka apa peran IT di RS. Banyak para pekerja di RS tidak mengerti IT, begitu juga tenaga IT banyak yang tidak tau juga kerjaan di RS apa sehingga perlu kolaborasi antara pekerja IT dengan dokter ataupun manajemenm di RS itu membuat sistem-sistem seperti SatuSehat ini, ditambah belum adanya standar regulasi tentang penyimpanan data kesehatan di Indonesia sendiri. Kita tau data di RS itu sangat besar dan tidak mungkin semuanya disimpan di server, apalagi untuk aplikasi Satu Sehat yang harus menampung data personal dari seluruh RS di Indonesia pasti butuh banyak sekali server. Memang diperkirakan cukup akan tetapi ketika pagi hari RS mulai beroperasi,berapa poli yang buka, berapa ruang rawat yang ada, berapa pasien yg harus dilayani, semua membutuhkan server yg cepat, sehingga pada akhirnya servernya lemot. Sehingga solusi yang terpikirkan oleh teman2 semua adalah menggunakan cloud untuk penyimpanan data, akan tetapi kebijakan mengenai cloud itu sendiri belum ada standar regulasinya, sehingga ini nantinya yang akan menjadi PR untuk kementrian kesehatan melalui DTO sehingga tidak ada hambatan tersebut di perumahsakitan.
Sumber dan jenis data di aplikasi
1. Data pasien
2. fasyankes
3. nakes
4. alat kesehatan dan obat
5. pembiayaan
6. layanan
6 data ini terintegrasi dalam satu aplikasi "Satu Sehat"
## 1.5 What is FHIR Resource?
-->
## References
* [HL7 story timeline](https://www.healthitoutcomes.com/doc/the-interoperability-impact-resolute-to-touch-millions-of-lives-in-0001)