DEFINISI 4.1
Proposisi adalah kalimat pernyataan, yaitu kalimat yang menyatakan sebuah fakta yang bernilai benar (true) atau salah (false) tetapi tidak keduanya.
Contoh 4.1.1
Semua kalimat di bawah ini adalah proposisi.
Proposisi 1 dan 3 bernilai benar, sedangkan proposisi 2 dan 4 bernilai salah.
Contoh 4.1.2
Perhatikan kalimat-kalimat berikut:
Kalimat 1 dan 2 bukanlah proposisi karena keduanya bukan kalimat pernyataan. Kalimat 3 dan 4 bukan proposisi karena tidak bernilai benar maupun salah. Perhatikan bawah kalimat 3 dan 4 dapat menjadi proposisi jika kita memberikan nilai-nilai ke variabel-variabelnya.
Kita menggunakan huruf kecil untuk menotasikan variabel yang mewakili sebuah proposisi. Huruf-huruf yang umum digunakan sebagai variabel proposisi antara lain , , , , dan sebagainya. Sebagai contoh,
: Jakarta adalah ibukota Indonesia.
: 3 + 5 = 8.
: 8 adalah bilangan genap.
Setiap proposisi memiliki nilai kebenaran. Nilai kebenaran ini bernilai true dan dinotasikan dengan T jika prososisi tersebut adalah benar, dan bernilai false dan dinotasikan dengan F jika proposisi tersebut adalah salah.
Banyak pernyataan matematika dikonstruksi dengan mengkombinasi satu atau lebih proposisi. Proposisi-proposisi dapat dikombinasikan menggunakan operator-operator logika dan hasil kombinasi dari proposisi-proposisi ini disebut dengan proposisi majemuk. Sedangkan proposisi yang bukan merupakan kombinasi proposisi lain disebut dengan proposisi atomik.
Operator logika dasar yang dapat digunakan untuk mengkombinasikan proposisi antara lain operator negasi, operator konjungsi, operator disjungsi, dan operator disjungsi eksklusif.
DEFINISI 4.2
Misal adalah sebuah proposisi. Negasi dari dinotasikan dengan:
adalah proposisi "Tidak benar bahwa ". mempunyai nilai kebenaran kebalikan dari nilai kebenaran .
Catatan: Beberapa buku menggunakan simbol untuk menyatakan negasi.
Cara yang praktis untuk menampilkan hubungan nilai kebenaran antara proposisi majemuk dengan nilai kebenaran dari proposisi atomiknya adalah melalui tabel kebenaran. Tabel 4.1 berikut adalah tabel kebenaran untuk operasi negasi .
Tabel 4.1. Tabel Kebenaran Operasi Negasi.
Tabel kebenaran dari operasi negasi mempunyai baris untuk setiap dua kemungkinan nilai kebenaran dari proposisi . Baris pertama menunjukkan jika nilai kebenaran dari adalah T (benar), maka nilai kebenaran dari adalah F (salah). Baris kedua menunjukkan jika nilai kebenaran dari adalah F (salah), maka nilai kebenaran dari adalah T (benar).
Contoh 4.1.3
Cari negasi dari proposisi
: "Hari ini hujan."
Solusi:
Negasi dari : "Hari ini hujan" adalah
: "Tidak benar bahwa hari ini hujan."
atau lebih sederhananya dapat diekspresikan dengan
: "Hari ini tidak hujan."
DEFINISI 4.3
Misal dan adalah proposisi. Konjungsi dari dan yang dinotasikan dengan:
adalah proposisi " dan ". Konjungsi bernilai benar jika kedua dan bernilai benar dan bernilai salah jika sebaliknya.
Tabel 4.2 di bawah adalah tabel kebenaran untuk .
Tabel 4.2. Tabel Kebenaran Operasi Konjungsi.
Tabel kebenaran dari operasi konjungsi di atas mempunyai baris untuk setiap empat kemungkinan kombinasi dari nilai kebenaran dari dan . Keempat baris ini terdiri dari kombinasi TT, TF, FT, dan FF, dimana nilai kebenaran pertama dari kombinasi tersebut adalah nilai kebenaran dari dan nilai kebenaran kedua dari kombinasi tersebut adalah nilai kebenaran dari .
Contoh 4.1.4
Diketahui proposisi-proposisi berikut:
: "Hari ini hujan."
: "Murid-murid diliburkan dari sekolah."
Maka, konjungsi dari dan adalah
: "Hari ini hujan dan murid-murid diliburkan dari sekolah."
Untuk konjungsi ini bernilai benar, kedua proposisi harus bernilai benar. Konjungsi ini bernilai salah ketika satu atau kedua proposisi bernilai salah.
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa sehari-hari, kata "tapi" terkadang digunakan menggantikan kata "dan". Sebagai contoh, pernyataan "Hari ini hujan tapi matahari bersinar" adalah cara lain untuk mengatakan "Hari ini hujan dan matahari bersinar. "
DEFINISI 4.4
Misal dan adalah proposisi. Disjungsi dari dan yang dinotasikan dengan:
adalah proposisi " atau ". Disjungsi bernilai salah jika kedua dan bernilai salah, dan bernilai benar jika kedua atau salah satu bernilai benar.
Tabel 4.3 di bawah adalah tabel kebenaran untuk operasi disjungsi .
Tabel 4.3. Tabel Kebenaran Operasi Disjungsi.
Perhatikan pada tabel kebenaran operasi disjungsi di atas, disjungsi dan bernilai salah hanya ketika kedua dan bernilai salah.
Contoh 4.1.5
Diketahui proposisi-proposisi berikut:
: "Hari ini hujan."
: "Murid-murid diliburkan dari sekolah."
Maka, disjungsi dari dan adalah
: "Hari ini hujan atau atau murid-murid diliburkan dari sekolah."
Disjungsi ini bernilai benar jika salah satu atau kedua proposisi bernilai benar yaitu ketika "Hari ini hujan" adalah benar, atau ketika "Murid-murid diliburkan dari sekolah" adalah benar, dan ketika keduanya benar. Disjungi ini bernilai salah jika kedua proposisi bernilai salah.
Kata "atau" dalam operasi logika (begitu juga dalam bahasa sehari-hari) dapat digunakan dalam dua cara. Cara pertama kata "atau" digunakan secara inklusif yaitu pernyataan " atau " berarti " atau atau keduanya". Operasi disjungsi yang kita bahas sebelumnya adalah penggunaan kata "atau" secara inklusif. Pada penggunaan "atau" inklusif ini proposisi majemuk bernilai benar jika salah satu atau kedua proposisi atomik pembentuknya bernilai benar. Sebagai contoh, pernyataan
"Programmer yang dibutuhkan adalah yang menguasai Bahasa Python atau Bahasa Java"
diartikan programmer yang dibutuhkan adalah yang menguasai Bahasa Python dan Bahasa Java dan juga yang hanya menguasai salah satu dari kedua bahasa tersebut.
Cara kedua kata "atau" digunakan secara eksklusif. Ketika "atau" digunakan secara eksklusif, pernyataan " atau berarti " atau tetapi tidak keduanya". Pernyataan berikut adalah contoh penggunaan kata "atau" secara eksklusif
"Hadiah utama dari pertandingan ini adalah sebuah mobil atau uang tunai."
Pernyataan di atas berarti hadiah utama adalah salah satu dari mobil atau uang tunai tetapi tidak keduanya.
Operator logika yang digunakan untuk menyatakan "atau" secara eksklusif dinamakan operator disjungsi eksklusif (exclusive or).
DEFINISI 4.5
Misal dan adalah proposisi. Disjungsi Eksklusif (Exclusive OR) dari dan yang dinotasikan dengan:
adalah proposisi yang bernilai benar jika salah satu dari atau bernilai benar dan bernilai salah jika sebaliknya.
Tabel 4.4 adalah tabel kebenaran untuk operasi disjungsi eksklusif .
Tabel 4.4. Tabel Kebenaran Operasi Disjungsi Eksklusif.
Perhatikan pada Tabel 4.4, operasi disjungsi eksklusif bernilai benar hanya ketika salah satu proposisi bernilai benar.
Proposisi yang kita bahas sebelumnya adalah proposisi majemuk yang hanya melibatkan paling banyak dua variabel proposisi dan sebuah operator logika. Kita dapat menggunakan operator-operator yang kita bahas pada bagian sebelumnya untuk membentuk proposisi mejemuk yang lebih kompleks dengan berapapun variabel proposisi.
Saat menuliskan proposisi majemuk dengan lebih dari satu operator, umumnya kita menggunakan tanda kurung untuk menyatakan urutan penerapan operasi logika. Sebagai contoh, kita dapat membentuk proposisi majemuk yang merupakan konjungsi dari proposisi dan proposisi .
Tabel kebenaran juga dapat digunakan untuk menentukan nilai-nilai kebenaran dari proposisi majemuk dengan lebih dari satu operasi seperti , dimana diperlihatkan pada Contoh 4.1.6 berikut.
Contoh 4.1.6
Buat tabel kebenaran untuk proposisi .
Solusi:
Karena proposisi ini menggunakan dua variabel proposisi dan maka terdapat empat baris dalam tabel kebenarannya, masing-masing untuk pasangan nilai kebenaran TT, TF, FT, dan FF. Kita memerlukan kolom-kolom untuk nilai-nilai kebenaran , , , , , dan .
Tabel kebenaran dari proposisi :
Contoh 4.1.7 berikut memperlihatkan tabel kebenaran dari proposisi majemuk dengan tiga variabel proposisi.
Contoh 4.1.7
Buat tabel kebenaran dari proposisi majemuk
.
Solusi:
Karena proposisi majemuk ini melibatkan tiga variabel proposisi , , dan , maka terdapat 8 kemungkinan kombinasi nilai kebenaran dari tiga variabel tersebut: TTT, TTF, TFT, TFF, FTT, FTF, FFT, dan FFF. Sehingga tabel kebenaran untuk proposisi majemuk ini membutuhkan 8 baris.
Tabel kebenaran dari proposisi majemuk ini:
Proposisi adalah disjungsi dari dan . Sehingga kita perlu untuk mencari nilai-nilai kebenaran dari dan terlebih dahulu. Kolom ketiga menunjukkan nilai kebenenaran untuk dan kolom kelima menunjukkan nilai kebenaran dari . Kolom keempat, nilai kebenaran diperlukan untuk membantu mencari nilai kebenaran dari . Setelah mendapatkan nilai-nilai kebenaran dari dan kita dapat mencari nilai kebenaran dari yang ditunjukkan pada kolom terakhir.
Proposisi majemuk diklasifikasikan berdasarkan nilai kebenarannya menjadi tiga: tautologi, kontradiksi, dan kontigensi.
DEFINISI 4.6
Berikut adalah definisi tautologi, kontrakdiksi, dan kontigensi:
Contoh 4.1.8
Pandang proposisi majemuk dan , maka:
Contoh 4.1.9
Misalkan dan adalah proposisi. Tentukan apakah proposisi majemuk dan proposisi majemuk adalah sebuh tautologi atau kontrakdiksi.
Solusi:
Tabel kebenaran dari :
Dari tabel kebenaran di atas bernilai benar untuk setiap kemungkinan nilai dan , maka proposisi adalah sebuah tautologi.
Tabel kebenaran dari :
Dari tabel kebenaran di atas bernilai salah untuk setiap kemungkinan nilai dan , maka proposisi adalah sebuah kontradiksi.
Satu langkah penting yang digunakan dalam sebuah argumen matematika adalah penggantian dari sebuah proposisi ke proposisi lain dengan nilai kebenaran yang sama. Proposisi-proposisi yang mempunyai nilai kebenaran yang sama untuk semua kemungkinan nilai-nilai kebenaran proposisi atomiknya disebut ekuivalen secara logika.
DEFINISI 4.7
Dua proposisi majemuk dan disebut ekuivalen secara logika jika dan hanya jika kedua proposisi tersebut mempunyai nilai kebenaran yang identik untuk setiap kemungkinan nilai kebenaran dari proposisi atomiknya.
Notasi menyatakan bahwa dan ekuivalen secara logika.
Catatan. Simbol bukanlah operator logika, dan bukanlah proposisi majemuk, melainkan sebuah pernyataan bahwa dan adalah ekuivalen secara logika.
Salah satu cara untuk menunjukkan dua proposisi ekuivalen secara logika adalah dengan menggunakan tabel kebenaran.
Contoh 4.2.1
Tunjukkan bahwa dan adalah ekuivalen secara logika.
Solusi:
Tabel kebenaran dari kedua proposisi majemuk ini adalah sebagai berikut:
Karena nilai kebenaran dari proposisi majemuk dan sama untuk setiap kemungkinan nilai kebenaran dan , maka kedua proposisi majemuk tersebut adalah ekuivalen secara logika atau .
Contoh 4.2.2
Tunjukkan bahwa ekuivalen secara logika dengan .
Solusi:
Tabel kebenaran dari dua proposisi majemuk ini sebagai berikut:
Karena nilai kebenaran dan sama untuk setiap kemungkinan nilai kebenaran dan , maka .
Contoh 4.2.3
Tunjukkan bahwa dan adalah ekuivalen secara logika.
Solusi:
Berikut adalah tabel kebenaran dari proposisi dan proposisi :
Dapat dilihat pada tabel di atas, nilai kebenaran dari dan sama untuk stiap kemungkinan nilai kebenaran , , dan . Sehingga,
Menggunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan bahwa dua proposisi majemuk adalah ekuivalen secara logika dapat menjadi langkah yang melelahkan, terutama ketika proposisi-proposisi majemuk tersebut menggunakan lebih dari dua variabel proposisi.
Cara lain untuk menunjukkan ekuivalen secara logika dari dua proposisi majemuk adalah dengan aljabar proposisi. Dalam aljabar proposisi, kita menggantikan proposisi dengan proposisi yang ekuivalen secara logika berdasarkan hukum-hukum ekuivalensi logika sehingga kita dapat menunjukkan bahwa suatu proposisi ekuivalen secara logika dengan suatu proposisi lain. Tabel 4.5 di bawah mendaftar hukum-hukum ekuivalensi logika yang penting. Dalam ekuivalensi-ekuivalensi ini, T menandakan proposisi majemuk yang selalu benar dan F menandakan proposisi majemuk yang selalu salah.
Tabel 4.5. Tabel Hukum-hukum Ekuivalensi Logika.
Contoh 4.2.4 dan Contoh 4.2.5 berikut mencontohkan pembuktian dua proposisi adalah ekuivalen secara logika menggunakan aljabar proposisi.
Contoh 4.2.4
Buktikan bahwa .
Solusi:
Contoh 4.2.5
Buktikan bahwa dan adalah ekuivalen secara logika.
Solusi:
Selain dihubungkan dengan operator-operator logika yang telah dibahas sebelumnya, dua proposisi dapat juga dihubungkan dengan bentuk "jika , maka ", seperti pada contoh-contoh berikut:
Proposisi berbentuk "jika , maka " ini dinamakan dengan proposisi kondisional (proposisi bersyarat) atau implikasi.
DEFINISI 4.8
Misal dan adalah proposisi. Implikasi atau proposisi kondisional adalah proposisi yang dibaca "jika , maka ". Kita menyebut:
Implikasi bernilai salah jika benar dan salah, dan bernilai benar untuk kombinasi nilai dan lainnya.
Tabel 4.6 berikut adalah tabel kebenaran dari implikasi .
Tabel 4.6. Tabel Kebenaran Implikasi.
Perhatikan pada tabel kebenaran di atas, pernyataan bernilai benar ketika dan keduanya bernilai benar dan ketika bernilai salah (apapun nilai kebenaran dari ).
Salah satu cara untuk memahami nilai kebenaran dari implikasi adalah dengan memandangnya sebagai sebuah janji atau kontrak. Sebagai contoh, misalkan dosen Anda memberikan pernyataan seperti berikut:
"Jika Anda mendapatkan nilai 100 pada ujian akhir, maka Anda mendapatkan nilai A."
Dalam keadaan apa Anda dapat mengatakan dosen Anda memberikan pernyataan yang benar atau tidak benar? Tentu saja jika Anda mendapatkan nilai 100 pada ujian akhir, dan pada akhirnya Anda mendapatkan nilai A, maka pernyataan dosen Anda adalah benar. Anda dapat mengatakan pernyataan dosen Anda tidak benar ketika Anda mendapatkan nilai 100 pada ujian akhir, tetapi Anda tidak mendapatkan nilai A. Bagaimana jika Anda tidak mendapatkan nilai 100 pada ujian akhir? Pada keadaan ini Anda bisa mendapatkan nilai A atau bisa tidak mendapatkan nilai A. Anda tidak bisa mengatakan pernyataan dosen Anda salah, karena pernyataan dosen Anda tidak mengatakan apa yang akan terjadi jika Anda tidak mendapatkan nilai 100.
Terdapat sejumlah cara untuk mengekspresikan implikasi dalam bahasa antara lain:
Perhatikan bahwa dalam implikasi yang dipentingkan adalah nilai kebenaran dari hipotesa dan kesimpulan, bukan hubungan sebab dan akibat diantara keduanya. Sebagai contoh, dua implikasi di bawah adalah valid meskipun secara bahasa tidak mempunyai makna:
Contoh 4.3.1
Misal adalah proposisi "Beni belajar matematika diskrit" dan adalah proposisi "Beni akan mendapatkan pekerjaan bagus." Ekspresikan implikasi .
Solusi:
Implikasi dapat diekspresikan dengan:
"Jika Beni belajar matematika diskrit, maka dia akan mendapatkan pekerjaan bagus"
Contoh 4.3.2
Proposisi-proposisi berikut adalah implikasi dalam berbagai bentuk:
(a) "Jika besok cerah, maka kami akan pergi ke pantai."
(b) "Jika sudah sembuh, saya akan masuk sekolah."
(c) "Banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan mengakibatkan jalanan macet."
(d) "Saya akan menggunakan motor ke kampus jika hari ini tidak hujan."
(e) "Budi bisa lulus kuliah hanya jika ia sudah lulus sidang."
(f) "Syarat cukup untuk sebuah bilangan disebut genap adalah habis dibagi empat."
(g) "Syarat perlu untuk mendapatkan SIM adalah berumur di atas 17 tahun."
(h) "Banjir terjadi bilamana banyak sampah yang menghambat saluran air."
Contoh 4.3.3
Misalkan
: "Budi sudah berusia 17 tahun."
: "Budi bisa mendapatkan SIM."
Nyatakan proposisi-proposisi berikut ke dalam notasi implikasi:
Solusi:
Contoh-contoh berikut menunjukkan ekuivalensi secara logika antara proposisi yang melibatkan implikasi dan proposisi lain.
Contoh 4.3.4
Tunjukkan bahwa ekuivalen secara logika dengan .
Solusi:
Tabel berikut adalah tabel kebenaran untuk proposisi dan .
Dapat dilihat pada tabel di atas dan mempunyai nilai kebenaran yang identik untuk setiap kemungkinan nilai kebenaran dan . Ini berarti .
Contoh 4.3.5
Tentukan negasi dari .
Solusi:
Contoh 4.3.6
Tunjukkan bahwa adalah sebuah tautologi.
Solusi:
Suatu proposisi disebut sebagai sebuah tautologi bilamana proposisi tersebut ekuivalen secara logika dengan T. Kita akan menggunakan aljabar proposisi untuk menunjukkan bahwa proposisi di atas adalah sebuah tautologi.
Kita dapat membentuk proposisi bersyarat baru dari . Terdapat tiga proposisi yang terkait implikasi yang sering digunakan sehingga ketiganya diberikan nama.
DEFINISI 4.9
Misalkan sebuah prososisi kondisional .
Tabel 4.7 adalah tabel kebenaran yang menunjukkan hubungan antara nilai kebenaran dari implikasi dan nilai kebenaran dari konvers, invers, dan kontraposisi dari implikasi tersebut.
Tabel 4.7. Tabel Kebenaran Implikasi, Konvers, Invers, dan Kontraposisi.
Contoh 4.3.7
Tentukan konvers, kontraposisi, dan invers dari pernyataan:
"Jika Budi mempunyai mobil, maka ia orang kaya."
Solusi:
Misal : "Budi mempunyai mobil." dan : "Budi orang kaya." Maka,
Bentuk kombinasi dua proposisi lainnya yang terkait implikasi adalah bentuk " jika dan hanya jika ". Bentuk ini disebut proposisi bikondisional (bi-implikasi).
DEFINISI 4.10
Misal dan adalah proposisi. Proposisi bikondisional (bi-implikasi) adalah proposisi yang dibaca " jika dan hanya jika ". Proposisi bikondisional adalah benar ketika dan mempunyai nilai kebenaran yang sama, dan bernilai salah selain itu.
Pernyataan bernilai benar ketika dan keduanya bernilai benar atau ketika keduanya bernilai salah. Tabel 4.6 adalah tabel kebenaran dari bikondisional .
Tabel 4.8. Tabel Kebenaran Bikondisional/Bi-implikasi.
Terdapat sejumlah cara untuk mengekspresikan bikondisional , antara lain:
Perhatikan bahwa bikondisional ekuivalen secara logika dengan , seperti ditunjukkan pada Tabel 4.9. Ini berarti pernyataan " jika dan hanya jika " juga dapat diekspresikan dengan "Jika maka dan jika maka ".
Tabel 4.9. Tabel Kebenaran 𝒑↔𝒒 ≡(𝒑→𝒒)∧(𝒒→𝒑).
Contoh 4.3.8
Proposisi-proposisi majemuk berikut adalah bi-implikasi:
Contoh 4.3.9
Misal adalah pernyataan "Anda dapat naik ke kereta." dan adalah pernyataan "Anda membeli tiket.". Maka adalah pernyataan:
"Anda dapat naik ke kereta jika dan hanya jika Anda membeli tiket."
Pernyataan ini benar jika dan keduanya benar atau keduanya salah, yaitu, jika Anda membeli tiket dan Anda dapat naik ke kereta atau jika Anda tidak membeli tiket dan Anda tidak dapat naik ke kereta. Pernyataan ini salah ketika dan memiliki nilai kebenaran yang berbeda, yaitu, ketika Anda tidak membeli tiket tetapi Anda dapat naik kereta dan ketika Anda membeli tiket tetapi Anda tidak dapat naik kereta.
Definisi ekuivalen secara logika dapat juga dinyatakan dalam biimpilikasi (bikondisional).
DEFINISI 4.11
Proposisi majemuk dan disebut ekuivalen secara logika jika biimplikasi (bikondisional) adalah sebuah tautologi.
Contoh 4.3.10
Pada Contoh 4.2.1 kita telah menunjukkan bahwa . Kita juga dapat menunjukkan ekuivalensi ini dalam bentuk bikondisional, yaitu dengan menunjukkan adalah sebuah tautologi. Tabel berikut memperlihatkan ini:
Pada kolom terakhir dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bikondisional bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai dan yang berarti bikondisional tersebut adalah sebuah tautologi. Sehingga dari Definisi 4.11, kita dapat menyatakan .
Pembuktian dalam matematika adalah proses pengkonstruksian argumen sahih (valid) yang menunjukkan kebenaran dari suatu pernyataan matematika. Argumen dalam matematika berarti rangkaian pernyataan-pernyataan (proposisi-proposisi) yang disebut premis dan diakhiri dengan sebuah pernyataan yang disebut konklusi (kesimpulan).
DEFINISI 4.12
Argumen adalah rangkaian proposisi-proposisi yang disebut sebagai premis (atau hipotesis) dan diikuti oleh sebuah proposisi yang disebut sebagai konklusi (atau kesimpulan).
Berikut adalah contoh sebuah argumen:
"Jika Anda memiliki password, maka Anda dapat login ke internet."
"Anda memiliki password."
Jadi,
"Anda dapat login ke internet."
Pernyataan "Jika Anda memiliki password, maka Anda dapat login ke internet." dan "Anda memiliki password." adalah premis-premis dari argumen dan pernyataan "Anda dapat login ke internet." adalah konklusi dari argumen.
Jika kita misalkan adalah pernyataan "Anda memiliki password." dan adalah pernyataan "Anda dapat login ke internet.", maka argumen di atas mempunyai bentuk:
atau jika diuraikan:
Simbol adalah simbol yang menyatakan "Jadi".
Secara umum, argumen dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut
dimana adalah proposisi-proposisi yang disebut premis (atau hipotesis) dan adalah proposisi yang disebut kesimpulan (atau konklusi).
Sebuah argumen disebut sahih (valid) apabila konklusi (pernyataan akhir dari argumen) mengikuti kebenaran dari premis-premisnya.
DEFINISI 4.13
Sebuah argumen disebut sahih (valid) jika dan hanya jika dalam semua kasus dimana semua premis dari argumen tersebut bernilai benar, maka kesimpulan dari argumen juga bernilai benar.
Dengan kata lain, sebuah argumen dengan premis dan kesimpulan disebut sahih jika selalu benar (yaitu sebuah tautologi).
Contoh 4.4.1
Tunjukkan bahwa argumen:
"Jika Anda memiliki password, maka Anda dapat login ke internet."
"Anda memiliki password."
Jadi,
"Anda dapat login ke internet."
adalah argumen yang sahih.
Solusi:
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, argumen ini mempunyai bentuk:
Kita dapat membuktikan kesahihan argumen di atas dengan dua cara.
Cara 1: Dengan membentuk tabel kebenaran yang menunjukkan nilai kebenaran dari , , dan dan melihat apakah ketika dan bernilai benar, juga bernilai benar.
Berikut adalah tabel kebenaran dari , , dan :
Dapat kita lihat pada baris 1 dari tabel di atas, ketika premis dan keduanya bernilai benar, konklusi juga bernilai benar. Sehingga, argumen di atas sahih.
Cara 2: Dengan membuktikan apakah adalah sebuah tautologi.
Berikut adalah tabel kebenaran dari :
Dapat dilihat pada tabel di atas bernilai benar untuk semua kemungkinan nilai dan . Ini berarti adalah sebuah tautologi. Maka, argumen di atas sahih.
Contoh 4.4.2
Tentukan apakah argumen
"Jika dunia sedang dilanda perang maka harga barang-barang pokok naik. Harga barang-barang pokok naik. Jadi, dunia sedang dilanda perang."
sahih atau tidak sahih.
Solusi:
Argumen di atas berbentuk
Tabel kebenaran , , dan adalah sebagai berikut:
Terdapat dua baris dimana dan keduanya bernilai benar, yaitu baris 1 dan baris 3. Pada baris 1, bernilai benar, tetapi pada baris 3, bernilai salah. Karena terdapat kondisi dimana premis-premis dari argumen ( dan ) keduanya bernilai benar tetapi konklusi dari argumen ( ) tidak bernilai benar, maka argumen di atas tidak sahih.
Contoh 4.4.3
Tentukan apakah argumen
adalah sahih atau tidak sahih.
Solusi:
Tabel kebenaran dari premis-premis dan konklusi dari bentuk argumen di atas:
Perhatikan pada baris 7. Disini ketiga premis bernilai benar, tetapi konklusi bernilai salah. Maka, argumen di atas tidak sahih.
Kita dapat selalu menggunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan bahwa sebuah bentuk argumen adalah sahih seperti yang telah kita lakukan sebelumnya. Kita melakukan ini dengan menunjukkan bahwa kapanpun premis-premis bernilai benar, konklusi juga harus bernilai benar. Namun, cara seperti ini dapat menjadi pendekatan yang melelahkan. Sebagai contoh, ketika sebuah bentuk argumen melibatkan 10 variabel proposional berbeda, menggunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan bahwa bentuk argumen tersebut valid membutuhkan = baris. Untungnya terdapat cara lain selain dengan tabel kebenaran. Kita dapat menggunakan kaidah-kaidah inferensi sebagai balok bangun untuk mengkonstruksi bentuk argumen valid yang kompleks.
Modus Ponens adalah bahasa Latin yang berarti "metode penegasan". Dinamakan seperti itu karena kesimpulan dari aturan ini adalah penegasan. Modus ponens mempunyai bentuk argumen:
Dasar dari modus ponens adalah tautologi
Contoh 4.4.4
Misalkan pernyataan bersyarat "Jika hari ini hujan, maka saya memerlukan payung" dan pernyataan "Hari ini hujan." adalah premis-premis dari sebuah argumen. Apa kesimpulan dari argumen tersebut untuk menjadi argumen yang sahih?
Solusi:
Anggap:
Dengan modus ponens kita mempunyai bentuk argumen:
Sehingga dengan modus ponens kita dapat menarik kesimpulan pernyataan yaitu "Saya memerlukan payung".
Secara lengkap bentuk argumen ini adalah
Modus Tollens adalah bahasa Latin yang berarti "metode penyangkalan". Dinamakan seperti itu karena kesimpulan dari aturan ini adalah penyangkalan. Modus tollens mempunyai bentuk argumen:
Dasar dari aturan modus tollens adalah tautologi
Contoh 4.4.5
Periksa kesahihan dari argumen berikut
Solusi:
Argumen di atas mempunyai bentuk
yang merupakan bentuk modus tollens, maka argumen di atas sahih.
Transitivitas atau dikenal juga sebagai silogisme hipotesis mempunyai bentuk argumen:
Dasar dari aturan silogisme hipotesis adalah tautologi
Contoh 4.4.6
Misalkan:
: " habis dibagi "
: " habis dibagi "
: "Jumlah digit dari habis dibagi ."
Maka dengan bentuk transitivitas kita dapat membangun argumen berikut:
Eliminasi atau dikenal juga sebagai silogisme disjungtif mempunyai bentuk argumen:
yang didasarkan oleh tautologi
.
Bentuk lain dari eliminasi:
yang didasarkan oleh tautologi
.
Contoh 4.4.7
Misalkan terdapat premis-premis berikut:
Premis 1: "Suhu hari ini lebih dari 38 derajat atau polusi udara sangat tinggi."
Premis 2: "Suhu hari ini tidak lebih dari 38 derajat."
Kesimpulan apa yang dapat digunakan umum membentuk sebuah argumen yang sahih?
Solusi:
Misalkan:
: "Suhu hari ini lebih dari 38 derajat."
: "Polusi udara hari ini sangat tinggi"
Dengan aturan eliminasi kita dapat membentuk argumen:
Sehingga kesimpulan yang bisa ditarik dari premis-premis di atas, dengan aturan eliminasi, adalah "Polusi udara hari ini sangat tinggi.".
Aturan inferensi penambahan mempunyai bentuk argumen berikut:
yang berdasarkan tautologi dan bentuk argumen berikut:
yang berdasarkan tautologi .
Contoh 4.4.8
Argumen: "Hari ini hujan. Jadi, hari ini hujan atau berawan." adalah contoh dari penerapan aturan generalisasi.
Ini dapat ditunjukkan dengan memisalkan:
: "Hari ini hujan."
: "Hari ini berawan."
Maka berdasarkan aturan generalisasi:
Aturan inferensi simplifikasi mempunyai bentuk argumen:
yang berdasarkan tautologi dan bentuk argumen berikut:
yang berdasarkan tautologi .
Contoh 4.4.9
Argumen: "Hari ini hujan dan berawan. Jadi, hari ini hujan." adalah contoh dari penerapan aturan spesialisasi atau penyederhanaan.
Ini dapat ditunjukkan dengan memisalkan:
: "Hari ini hujan."
: "Hari ini berawan."
Maka berdasarkan aturan spesialisasi:
Aturan inferensi konjungsi mempunyai bentuk argumen:
yang berdasarkan tautologi .
Contoh 4.4.10
Argumen: "Budi menguasai Bahasa Python. Budi menguasai Bahasa Java. Jadi, Budi menguasai Bahasa Python dan Bahasa Java." adalah contoh dari penerapan aturan konjungsi.
Ini dapat ditunjukkan dengan memisalkan:
: "Budi menguasai Bahasa Python."
: "Budi menguasai Bahasa Java."
Maka berdasarkan aturan konjungsi:
Tabel 4.9 berikut meringkas kaidah-kaidah inferensi yang umum beserta namanya.
Tabel 4.9. Kaidah-kaidah Inferensi.
Berikut adalah contoh menggunakan kaidah inferensi untuk pembuktian kesahihan sebuah argumen.
Contoh 4.4.11
Tunjukkan bahwa premis-premis "Sore ini tidak cerah dan lebih dingin dari kemarin", "Kita akan pergi berenang hanya jika sore ini cerah", "Jika kita tidak pergi berenang, maka kita akan bermain bola", dan "Jika kita bermain bola, maka kita akan pulang sebelum matahari terbenam" dapat mempunyai konklusi "Kita akan pulang sebelum matahari terbenam."
Solusi:
Misal:
: "Sore ini cerah"
: "Sore ini lebih dingin dari kemarin"
: "Kita akan pergi berenang"
: "Kita akan bermain bola"
: "Kita akan pulang sebelum matahari terbenam"
Maka premis-premis dari argumen atas:
dan konklusinya:
Berikut adalah langkah-langkah yang menunjukkan bahwa premis-premis dari argumen di atas menghasilkan konklusi yang diinginkan.
Perhatikan bahwa kita bisa saja menggunakan tabel kebenaran untuk menunjukkan kapanpun keempat premis ini bernilai benar, konklusinya juga bernilai benar. Namun, karena kita bekerja dengan lima variabel proposisi, , , , , dan , tabel kebenaran yang dibutuhkan akan mempunyai 32 baris.
Fallacy (sesat pikir) adalah kesalahan penalaran yang menghasilkan sebuah argumen tidak sahih. Dua fallacy yang umum terjadi adalah fallacy penegasan konklusi dan fallacy penyangkalan hipotesa.
Fallacy penegasan konklusi terjadi ketika menganggap argumen dengan premis dan dan konklusi adalah argumen yang sahih. Ini tidak benar, karena bukanlah sebuah tautologi.
Contoh 4.4.12
Apakah argumen berikut sahih?
Jika Anda mengerjakan semua soal dalam buku ini, maka Anda akan menguasai Bahasa Ptyhon. Anda menguasai Bahasa Python.
Jadi, Anda mengerjakan semua soal dalam buku ini.
Solusi:
Misalkan, adalah proposisi "Anda mengerjakan semua soal dalam buku ini." dan adalah proposisi "Anda menguasai Bahasa Python.". Maka, argumen di atas mempunyai bentuk:
Perhatikan tabel berikut:
Pada baris 3, satu kasus ketika premis-premis benar, yaitu dan bernilai benar, konklusi bernilai salah. Ini berarti argumen bentuk ini tidak sahih. Kesalahan inferensi ini disebut dengan fallacy penegasan konklusi.
Fallacy penyangkalan hipotesa terjadi ketika menganggap argumen dengan premis dan dan konklusi adalah argumen yang sahih. Ini tidak benar karena, bukanlah sebuah tautologi.
Contoh 4.4.13
Apakah argumen berikut sahih?
Jika Anda mengerjakan semua soal dalam buku ini, maka Anda akan menguasai Bahasa Ptyhon. Anda tidak mengerjakan semua soal dalam buku ini.
Jadi, Anda tidak menguasai Bahasa Python.
Solusi:
Misalkan, adalah proposisi "Anda mengerjakan semua soal dalam buku ini." dan adalah proposisi "Anda menguasai Bahasa Python.". Maka, argumen di atas mempunyai bentuk:
Perhatikan tabel berikut:
Pada baris 3, satu kasus ketika premis-premis benar, yaitu dan bernilai benar, konklusi bernilai salah. Ini berarti argumen bentuk ini tidak sahih. Kesalahan inferensi ini disebut dengan fallacy penyangkalan hipotesa.