Bab 3. Fungsi

Objektif

  • Fungsi
  • Fungsi Satu-ke-Satu dan Fungsi Pada
  • Fungsi Invers
  • Komposisi Fungsi
  • Beberapa Fungsi Khusus

3.1. Fungsi

DEFINISI 3.1
Pandang

A dan
B
sebagai dua himpunan tak kosong (non-empty). Relasi biner
f
dari
A
ke
B
merupakan sebuah fungsi jika setiap elemen dari
A
dikaitkan ke tepat satu elemen dari
B
. Fungsi
f
dari
A
ke
B
dinotasikan dengan

f:AB

Kita menuliskan

f(a)=b jika elemen
a
dalam
A
dikaitkan oleh fungsi
f
ke elemen
b
dalam
B
.

Catatan: Fungsi sering disebut juga dengan pemetaan atau transformasi.

Perlu diperhatikan bahwa sebuah relasi dari

A ke
B
disebut sebuah fungsi
f:AB
jika setiap elemen dalam
A
dipasangkan ke satu dan hanya satu elemen dari
B
. Ini berarti, jika terdapat satu elemen dalam
A
dipasangkan ke lebih dari satu elemen dari
B
, maka relasi tersebut bukanlah sebuah fungsi. Begitu juga, jika terdapat satu atau lebih elemen dalam
A
yang tidak dipasangkan ke salah satu elemen dari
B
, maka relasi tersebut bukanlah sebuah fungsi.

Contoh 3.1.1
Tentukan apakah relasi-relasi berikut adalah sebuah fungsi atau bukan.

Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →

Solusi:

  • Relasi
    f1
    adalah fungsi karena setiap elemen
    A
    dikaitkan ke satu dan hanya satu elemen
    B
    .
  • Relasi
    f2
    bukan fungsi karena elemen
    a
    dalam
    A
    dikaitkan ke dua elemen,
    1
    dan
    2
    , dalam
    B
    .
  • Relasi
    f3
    bukan fungsi karena terdapat elemen
    b
    dalam
    A
    yang tidak dikaitkan ke sebuah elemen dalam
    B
    .
  • Relasi
    f4
    adalah fungsi karena setiap elemen
    A
    dikaitkan ke satu dan hanya satu elemen
    B
    .

Fungsi dapat dinyatakan dalam berbagai cara, salah satunya adalah dengan menuliskan aturan pemetaan seperti contoh berikut:

f:{1,2,3}{a,b,c,d,e} sedemikian sehingga
f(1)=b
,
f(2)=d
, dan
f(3)=e
.

Fungsi juga dapat dinyatakan dalam bentuk rumus, seperti contoh berikut:

f:RR sedemikian sehingga
f(x)=x+1
.

Contoh 3.1.2
Misalkan sebuahfungsi

f:{a,b,c}{1,3,5,9} didefinisikan berdasarkan aturan berikut:
f(a)=1,f(b)=5,f(c)=9

Maka, fungsi

f dapat disajikan dalam tabel seperti berikut:

x
a
b
c
f(x)
1
5
9

Fungsi

f juga dapat disajikan dalam diagram panah seperti berikut:

Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →

Contoh 3.1.3
Fungsi

f:{1,2,3,4,5}N mempunyai rumus:
f(x)=x2

Sajikan

f dalam tabel!

Solusi:

Fungsi

f dapat disajikan dalam tabel seperti berikut:

x
1
2
3
4
5
f(x)
1
4
9
16
25

Domain, Kodomain, dan Range

DEFINISI 3.2
Jika

f adalah sebuah fungsi dari
A
ke
B
, maka

  • A
    disebut sebagai sebagai domain (daerah asal) dari
    f
    ;
  • B
    disebut sebagai kodomain (daerah kawan) dari
    f
    ;
  • Himpunan dari semua nilai pemetaan
    f
    disebut sebagai jelajah (range);
  • Jika
    f(a)=b
    maka
    b
    disebut sebagai bayangan (image) dari
    a
    dan
    a
    disebut sebagai pra-bayangan (pre-image) dari
    b
    .

Catatan: Perhatikan bahwa jelajah (range) adalah himpunan bagian dari kodomain.

Contoh 3.1.4
Misalkan fungsi

f didefinisikan dalam diagram panah berikut:


Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →


Maka,

  • Domain dari fungsi
    f
    adalah
    {a,b,c}
  • Kodomain dari fungsi
    f
    adalah
    {1,3,5,9}
  • Jelajah (range) dari fungsi
    f
    adalah
    {1,5,9}
  • Bayangan (image) dari
    a
    adalah 1, bayangan dari
    b
    adalah 5, dan bayangan dari
    c
    adalah 9.

Contoh 3.1.5
Misalkan

f:RR didefinisikan oleh
f(x)=x2
. Tentukan domain, kodomain, dan jelajah dari
f
.

Solusi:

  • Domain dan kodomain dari
    f
    adalah
    R
    yaitu himpunan bilangan riil.
  • Jelajah (range) dari
    f
    adalah himpunan bilangan riil tidak-negatif.

Grafik Fungsi

Fungsi dapat disajikan dalam grafik.

DEFINISI 3.3
Misalkan

f adalah sebuah fungsi dari himpunan
A
ke himpunan
B
. Grafik dari fungsi
f
adalah himpunan pasangan terurut
(x,y)
dalam
A×B
dimana
y=f(x)
.

Contoh 3.1.6
Gambar grafik fungsi

f(n)=2n+1 dari himpunan bilangan bulat ke himpunan bilangan bulat.

Solusi:
Grafik dari

f adalah himpunan pasangan terurut dalam bentuk
(n,2n+1)
, dimana
n
adalah sebuah bilangan bulat. Grafik
f
ditunjukkan oleh gambar berikut:


Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →


Contoh 3.1.7 Ganti dengan kontinyu!!!
Gambar grafik fungsi

f(x)=x2 dari himpunan bilangan bulat ke himpunan bilangan bulat.

Solusi:
Grafik dari

f adalah himpunan pasangan terurut dalam bentuk
(x,x2)
, dimana
x
adalah sebuah bilangan bulat. Grafik
f
ditunjukkan oleh gambar berikut:

Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →


3.2. Fungsi Satu-ke-Satu dan Fungsi Pada

Beberapa fungsi tidak pernah menugaskan nilai yang sama ke dua elemen domain berbeda. Fungsi-fungsi ini disebut sebagai fungsi satu-ke-satu. Beberapa fungsi mempunyai jelajah dan kodomain yang sama. Fungsi-fungsi ini disebut sebagai fungsi pada.

Fungsi Satu-ke-Satu (One-to-One)

DEFINISI 3.4
Suatu fungsi

f dari himpunan
A
ke himpunan
B
atau
f:AB
dikatakan satu-ke-satu (one-to-one) atau injektif jika setiap elemen yang berbeda dari
A
mempunyai bayangan yang berbeda pula di
B
. Ini berarti
f(a)=f(b)
jika dan hanya jika
a=b
.

Perhatikan bahwa dari definisi dapat disimpulkan bahwa fungsi

f adalah fungsi satu-ke-satu jika tidak ada dua elemen himpunan
A
yang memiliki bayangan yang sama.

Contoh 3.2.1

Fungsi

f yang didefinisikan oleh diagram panah berikut adalah fungsi satu-ke-satu.

Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →


Perhatikan pada gambar di atas, semua elemen

B yang berada dalam range dari fungsi
f
, masing-masing adalah bayangan hanya dari satu elemen
A
.

Contoh 3.2.2
Fungsi

f dan
g
dari
A={1,2,3}
ke
B={a,b,c,d}
didefinisikan oleh diagram-diagram panah berikut:

Image Not Showing Possible Reasons
  • The image file may be corrupted
  • The server hosting the image is unavailable
  • The image path is incorrect
  • The image format is not supported
Learn More →



Tentukan apakah kedua fungsi tersebut adalah fungsi satu-ke-satu.

Solusi:

  • Fungsi
    f
    adalah fungsi satu-ke-satu, karena setiap elemen
    A
    dikatikan ke tepat satu elemen
    B
    .
  • Fungsi
    g
    bukan fungsi satu-ke-satu, karena terdapat dua elemen
    A
    , yaitu 2 dan 3, yang dikatikan ke elemen
    B
    yang sama, yaitu
    b
    .

Contoh 3.2.2
Misalkan

f:ZZ. Tentukan apakah
f(x)=x2+1
dan
f(x)=x1
merupakan fungsi satu-ke-satu.

Solusi:

  • f(x)=x2+1
    bukan fungsi satu-ke-satu, karena untuk dua
    x
    yang bernilai mutlak sama tetapi tandanya berbeda akan mempunyai nilai fungsi yang sama. Sebagai contoh
    f(2)=(2)=5
    padahal
    22
    .
  • f(x)=x1
    adalah fungsi satu-ke-satu, karena untuk
    ab
    , maka
    a1b1
    . Misalkan, untuk
    x=2
    , maka
    f(2)=1
    , sedangkan untuk
    x=2
    , maka
    f(2)=3
    .

Fungsi Pada (Onto)

DEFINISI 3.5
Suatu fungsi

f dari himpunan
A
ke himpunan
B
atau
f:AB
dikatakan pada (onto) atau surjektif jika setiap elemen
B
merupakan bayangan dari satu atau lebih elemen
A
.

Dengan kata lain, fungsi

f:AB adalah fungsi pada jika seluruh elemen
B
merupakan jelajah dari
f
.

Contoh 3.2.3
Fungsi

f yang didefinisikan oleh diagram panah berikut adalah fungsi pada.

img


Perhatikan pada diagram panah di atas semua elemen dari

B adalah elemen dari jelajah fungsi
f
. Ini berarti kodomain
f
= jelajah
f
.

Contoh 3.2.4
Relasi

f dan
g
dari
A={1,2,3}
ke
B={u,v,w}
didefinisikan oleh gambar berikut:

Tentukan apakah kedua relasi tersebut adalah fungsi pada.

Solusi:

  • Fungsi
    f
    bukan fungsi pada, karena untuk disebut fungsi pada, semua elemen
    w
    tidak termasuk jelajah dari
    f
    .
  • Fungsi
    g
    adalah fungsi pada, karena semua anggota
    B
    merupakan jelajah dari
    g
    .

Contoh 3.2.5
Misalkan

f:ZZ. Tentukan apakah
f(x)=x2+1
dan
f(x)=x1
merupakan fungsi pada.

Solusi:

  • f(x)=x2+1
    bukan fungsi pada, karena tidak semua bilangan bulat adalah jelajah dari
    f
    .
  • f(x)=x1
    adalah fungsi pada, karena untuk setiap bilangan bulat
    y
    , selalu ada nilai
    x
    yang memenuhi, yaitu
    y=x1
    akan dipenuhi untuk
    x=y+1
    .

Fungsi Korespondensi Satu-ke-Satu

DEFINISI 3.6
Suatu fungsi

f adalah korespondensi satu-ke-satu atau bijekif, jika fungsi tersebut satu-ke-satu dan pada.

Contoh 3.2.6
Fungsi

f yang didefinisikan oleh diagram panah berikut adalah fungsi korespondensi satu-ke-satu (bijeksi).

img

Fungsi

f adalah satu-ke-satu karena tidak ada dua nilai dalam domain yang mempunyai bayangan yang sama. Fungsi
f
adalah pada karena keempat elemen dalam kodomain kesemuanya adalah bayangan-bayangan dari domain. Sehingga, fungsi
f
adalah fungsi bijektif.

Contoh 3.2.7
Fungsi

f(x)=x1 merupakan fungsi korespondensi satu-ke-satu (bijektif), karena
f
adalah fungsi satu-satu dan fungsi pada.

Contoh 3.2.8
Perhatikan relasi-relasi berikut:



Tentukan relasi-relasi mana yang merupakan fungsi satu-ke-satu, fungsi pada, atau fungsi korespondensi satu-ke-satu.

Solusi:

  • f1
    adalah fungsi satu-ke-satu dan bukan fungsi pada.
  • f2
    adalah fungsi pada dan bukan fungsi satu-ke-satu.
  • f3
    adalah bukan fungsi satu-ke-satu dan bukan fungsi pada.
  • f4
    bukan fungsi.

3.3. Fungsi Invers

Invers berarti balikan. Fungsi invers dari suatu fungsi

f adalah fungsi yang pemetaannya merupakan kebalikan dari pemetaan fungsi
f
.

DEFINISI 3.7
Misalkan

f adalah fungsi satu-ke-satu dan fungsi pada dari himpunan
A
ke himpunan
B
. Fungsi invers dari
f
adalah fungsi yang memetakan elemen
bB
ke elemen unik
aA
sedemikian sehingga
f(a)=b
. Fungsi invers dari
f
dinotasikan dengan
f1
. Sehingga,
f1(b)=a
ketika
f(a)=b
.

Catatan: Perhatikan bahwa syarat dari suatu fungsi mempunyai fungsi invers adalah fungsi tersebut haruslah fungsi bijektif (satu-ke-satu dan pada).

Gambar 3.3.1 berikut mengilustrasikan konsep dari sebuah fungsi invers.

img

Gambar 3.3.1. Fungsi f-1 adalah Fungsi Invers dari Fungsi f.


Fungsi yang berkorespondensi satu-ke-satu sering disebut sebagai fungsi invertible (dapat dibalikkan), karena kita dapat mendefinisikan fungsi inversnya. Sedangkan fungsi dikatakan not invertible (tidak dapat dibalikan) jika fungsi tersebut bukannlah fungsi yang berkorespondensi satu-ke-satu, karena fungsi inversnya tidak ada.

Contoh 3.3.1
Relasi

f={(1,u),(2,w),(3,v)}

dari

A={1,2,3} ke
B={u,v,w}
adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu, maka fungsi
f
invertible (dapat dibalikkan). Fungsi invers dari fungsi
f
adalah

f1={(u,1),(w,2),(v,3)}

Gambar berikut adalah diagram panah dari

f dan
f1
.

img

Contoh 3.3.2
Tentukan fungsi invers dari fungsi

f(x)=x1.

Solusi:
Fungsi

f(x)=x1 adalah fungsi yang berkoresponden satu-ke-satu (bijektif), maka terdapat fungsi balikannya.
Misalkan
f(x)=y
. Maka
y=x1
, sehingga
x=y+1
. Jadi, fungsi invers dari
f
adalah
f1(y)=y+1
.

Contoh 3.3.3
Tentukan fungsi invers dari fungsi

f(x)=x2+1.

Solusi:
Dari Contoh 3.2.2 dan Contoh 3.2.4 kita sudah mengetahui bahwa

f(x)=x2+1 bukanlah fungsi korespondensi satu-ke-satu, sehingga fungsi ini tidak invertible (tidak mempunyai fungsi invers.)

3.4. Komposisi Fungsi

DEFINISI 3.8
Pandang

g sebagai fungsi dari himpunan
A
ke himpunan
B
dan pandang
f
sebagai fungsi dari himpunan
B
ke himpunan
C
. Komposisi dari fungsi
f
dan
g
, dinotasikan untuk semua
aA
dengan
fg
, didefinisikan dengan:

(fg)(a)=f(g(a))

Catatan: Perhatikan bahwa

fg tidak dapat didefinisikan jika range dari
g
bukan subset dari domain
g
.

Komposisi dari fungsi

g:AB dan
f:BC
diilustrasikan pada Gambar 3.4.1 berikut.

img

Gambar 3.4.1. Kombinasi dari Fungsi f dan Fungsi g.


Contoh 3.4.1
Diberikan fungsi

g={(1,u),(2,u),(3,v)}

yang memetakan

A={1,2,3} ke
B={u,v,w}
, dan fungsi

f={(u,y),(v,x),(w,z)}

yang memetakan

B={u,v,w} ke
C={x,y,z}
. Cari fungsi komposisi
fg
.

Solusi:
Fungsi komposisi dari

A ke
C
adalah

fg={(1,y),(2,y),(3,x)}

Contoh 3.4.2
Misalkan

g adalah fungsi dari himpunan
{a,b,c}
ke himpunan itu juga sedemikian sehingga
g(a)=b
,
g(b)=c
, dan
g(c)=a
. Lalu, misalkan
f
adalah fungsi dari himpunan
{a,b,c}
ke himpunan
{1,2,3}
sedemikian sehingga
f(a)=3
,
f(b)=2
, dan
f(c)=1
.

  • Apa komposisi dari
    f
    dan
    g
    ?
  • Apa komposisi dari
    g
    dan
    f
    ?

Solusi:

  • Komposisi

    f dan
    g
    didefinisikan dengan:

    (fg)(a)=f(g(a))=f(b)=2
    (fg)(b)=f(g(b))=f(c)=1

    (fg)(c)=f(g(c))=f(a)=3

  • Komposisi

    gf tidak dapat didefinisikan, karena range dari
    f
    bukanlah subset dari domain
    g
    .

Contoh 3.4.3
Pandang

f dan
g
sebagai fungsi dari himpunan bilangan bulat ke himpunan bilangan bulat yang didefinisikan dengan
f(x)=2x+3
dan
g(x)=3x+2
.

  • Cari komposisi dari
    f
    dan
    g
    !
  • Cari juga komposisi dari
    g
    dan
    f
    !

Solusi:

  • Komposisi dari

    f dan
    g
    :

    (fg)(x)=f(g(x))=f(3x+2)=2(3x+2)+3=6x+7.

  • Komposisi dari

    g dan
    f
    :

    (gf)(x)=g(f(x))=g(2x+3)=3(2x+3)+2=6x+11.


Catatan: Perhatikan bahwa meskipun

fg dan
gf
dapat didefinisikan,
fg
dan
gf
tidaklah sama (
fggf
). Dengan kata lain, hukum komutatif tidak berlaku pada komposisi fungsi.

3.5. Beberapa Fungsi Khusus

Fungsi Floor dan Fungsi Ceiling

Fungsi floor dan fungsi ceiling didefinisikan sebagai berikut:

  • Fungsi floor dinotasikan
    f(x)=x
    memberikan nilai bilangan bulat terbesar yang lebih kecil atau sama dengan
    x
    .
  • Fungsi ceiling dinotasikan
    f(x)=x
    memberikan nilai bilangan bulat terkecil yang lebih besar ata sama dengan
    x
    .

Dengan kata lain, fungsi floor membulatkan

x ke bawah, sedangkan fungsi ceiling membulatkan
x
ke atas.

Gambar 3.5.1. Grafik dari (a) Fungsi Floor dan (b) Fungsi Ceiling.


Contoh 3.5.1
Beberapa contoh nilai floor dan ceiling:

3.5=3
0.5=0
4.8=4
0.5=1
3.5=4
3.5=4
0.5=1
4.8=5
0.5=0
3.5=3

Contoh 3.5.2
Di dalam komputer, data dikodekan dalam untaian byte, dimana satu byte terdiri atas 8 bit. Jika panjang data adalah 125 bit, maka jumlah byte yang diperlukan untuk merepresentasikan data tersebut adalah

1258 = 16 byte.

Perhatikan bahwa 16 x 8 = 128 bit, sehingga untuk byte yang terakhir perlu ditambahkan 3 bit ekstra agar satu byte tetap 8 bit. (bit ekstra yang ditambahkan untuk menggenapi 8 bit disebut padding bit.)

Fungsi Modulo

Fungsi modulo adalah fungsi yang memetakan suatu nilai dengan nilai hasil operasi modulo dari nilai tersebut dengan sebuah bilangan bulat positif. Misalkan

a adalah sembarang bilangan bulat dan
m
adalah bilangan bulat positif, maka operasi modulo dinotasikan dengan:

a mod m

memberikan sisa pembagian bilangan bulat dari operasi pembagian

a dengan
m
.

Contoh 3.5.3
Beberapa contoh operasi modulo:

25 mod 7=4
15 mod 4=3

3612 mod 45=12

0 mod 5=0

25 mod 7=3
( sebab
25=7.(4)+3
)

Contoh 3.5.4
Misal

A={0,1,2,3,4} dan didefinisikan fungsi
f:AA
sebagai

f(a)=(a+4)2 (mod 5)

Cari himpunan jelajah

f.

Solusi:

f(0)=42 (mod 5)=16 (mod 5)=1
f(1)=52 (mod 5)=25 (mod 5)=0

f(2)=62 (mod 5)=36 (mod 5)=1

f(3)=72 (mod 5)=49 (mod 5)=4

f(4)=82 (mod 5)=64 (mod 5)=4

Himpunan jelajah dari

f =
{0,1,4}
.

Fungsi Faktorial

Nilai faktorial dari suatu bilangan bulat positif

n, yang dinotasikan oleh
n!
adalah hasil kali semua bilangan bulat positif dari
1
sampai dengan
n
, secara notasi matematika:

n!={1,n=01×2×3×...×(n1)×n,n>0

Fungsi faktorial

f:NZ+ didefinisikan dengan
f(n)=n!=1×2×3×...×(n1)×n
(dan
f(0)=0!=1)
.

Contoh 3.5.5
Beberapa nilai-nilai fungsi faktorial:

f(1)=1!=1.
f(2)=2!=1.2=2
.
f(6)=6!=1.2.3.4.5.6=720
.

Daftar Pustaka

  1. Rinaldi Munir. 2016. Matematika Diskrit. Bandung, Indonesia. Informatika Bandung.
  2. Kenneth H. Rosen. 2012. Discrete Mathematics and Its Applications (Seventh Edition). Amerika Serikat. McGraw-Hill.
  3. Susanna S. Epp. 2018. Discrete Mathematics with Applications (Fifth Edition). Amerika Serikat. Cengage.
  4. D. Suryadi H.S. 1993. Aljabar Logika & Himpunan. Indonesia. Penerbit Gunadarma.