KUALITAS AIR TANAH DAN AIR SUNGAI MAKIN MIRIP: BUKTI PENGARUH AKTIVITAS MANUSIA DI BANTARAN SUNGAI
===
Dasapta Erwin Irawan[1], Deny Juanda Puradimaja[1], Hary Siswoyo[2]
Afiliasi
[1] Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung
[2] Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Kualitas air tanah mirip dengan air sungai
Miripnya kualitas air tanah dan air sungai telah mengubah pandangan masyarakat selama ini, bahwa air tanah dinilai memiliki kualitas yang lebih baik dibanding air sungai. Berbeda dengan air sungai yang tersingkap di permukaan secara langsung, air tanah yang mengalir di bawah permukaan tanah yang memang tidak secara langsung berhubungan dengan lingkungan di permukaan.
Pengamatan kualitas air tanah dan air sungai di bantaran Sungai Cikapundung Kota Bandung memunjukkan kemiripan sifat air tanah dan air sungai (https://www.researchgate.net/publication/339815883_Aquifer_Geometry_and_Natural_Relation_between_Surface_Water-Groundwater_Case_Study_Cikapundung_River-Bandung_West_Java, https://osf.io/preprints/inarxiv/kctg8/). Pengamatan yang sama juga didapatkan di beberapa sungai lainnya, seperti Kali Sumpil (https://ejournal.kahuripan.ac.id/index.php/TECNOSCIENZA/article/view/717) dan Kali Jilu (https://ejournal.uksw.edu/juses/article/view/5741) di Malang, Sungai Cisadane Tangerang (https://www.slideshare.net/d_erwin_irawan/decreasing-groundwater-quality-at-cisadane-riverbanks-groundwatersurface-water-mapping-approach-asian-physics-symposium-2015), dan Sungai Ciliwung (https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/118/1/012022, https://link.springer.com/article/10.1007/s12665-014-3482-4).

Grafik plot antara elevasi dan total dissolved solids (TDS) atau zat padatan terlarut pada 140 sampel air tanah (merah) dan air sungai (hijau) pada kurun waktu 1997 sampai 2012 di bantaran Sungai Cikapundung, Bandung. Kadar TDS dapat digunakan sebagai indikator tingkat pencemaran. Makin tinggi nilainya, makin tercemar. Bandingkan dengan kandungan TDS pada mata air yang berkisar antara 100-500 ppm (Data dan grafik dapat dilihat pada portal Aquastats yang dibuat oleh Dasapta Erwin Irawan, Aswansyahputra dan Prana Ugi Gio https://aswansyahputra.shinyapps.io/aquastats/).
Kemiripan ini sangat mungkin akibat pencampuran air tanah dan air sungai dalam alirannya, yang dikenal dengan Zona Hiporeik. Pada zona ini terjadi pertukaran air dari sungai ke dalam akuifer (lapisan pembawa air) dan sebaliknya. Proses pertukaran air ini menjadi lebih cepat terjadi dengan banyaknya pemompaan air tanah di sepanjang bantaran sungai. Pemompaan itu turut menyedot air sungai.
Insert gambar zona hiporeik (masih dibuat)
Kegiatan manusia di permukaan, misal: pembuangan limbah rumah tangga yang mengandung bahan organik secara langsung ke selokan, menyebabkan peningkatan kandungan bakteri, unsur nitrat, dan nitrit di dalam air. Air di selokan itu semuanya mengalir ke sungai terdekat dan sebagian ada yang meresap ke bawah tanah.
Urbanisasi meningkat, bantaran sungai makin padat
Peningkatan urbanisasi terjadi di seluruh kota-kota besar di Indonesia (https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jpk/article/view/5036/pdf, https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/343/1/012230/pdf). Sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan pada tahun 2020 dan 1/4nya tinggal di kawasan kumuh (https://pu.go.id/berita/menuju-kota-bebas-kumuh-2025).
Kepadatan yang terus meningkat dengan akses perumahan yang terbatas mengakibatkan tumbuhnya kawasan permukiman informal di perkotaan, atau kawasan kumuh. Fenomena ini terjadi di seluruh dunia dengan perkiraan sebanyak 1 milyar orang tinggal di kawasan kumuh saat ini (https://www.bloomberg.com/news/newsletters/2021-07-28/maplab-putting-slums-on-the-map).
Air bersih juga sulit didapatkan di kawasan kumuh. Warga menggunakan air sumur yang kemungkinan telah tercemar atau membeli air dari penjaja air keliling dan air galon isi ulang untuk minum.
Berbagai upaya melestarikan lingkungan sungai
Sebenarnya saat ini telah banyak upaya pemerintah daerah atau pusat, bahkan dari komunitas masyarakat untuk memperbaiki bantaran sungai. Di Jawa Barat melalui Program Citarum Harum, TNI sampai turun tangan untuk merazia pabrik-pabrik yang membuang limbahnya langsung ke Sungai Citarum (https://youtu.be/TQs5WXpHXeA).
Di setiap kota besar banyak lokasi-lokasi di bantaran sungai yang diremajakan sebagai ruang terbuka publik. Ini tentunya membantu perubahan cara pikir masyarakat tentang sungai. Dari tempat membuang kotoran menjadi ruang beraktivitas yang bersih dan indah (https://www.republika.co.id/berita/p3rlvs423/taman-alunalun-regol-percantik-bantaran-sungai-cikapundung).
(Dasapta Erwin Irawan, 2021, CC0/domain publik)
(Dasapta Erwin Irawan, 2022, CC0/domain publik)
(https://tempatwisatadibandung.info/teras-cikapundung-riverspot-bandung/)